Ads Top

Aceh Dibawah Pemerintahan Ratu Dan Silsilah

Dalam sejarah tercatat bahwa Aceh Merdeka pernah 59 tahun di bawah Pemerintahan Ratu, yang sekalipun semenjak Pemerintahan para Ratu kebesaran Aceh mulai menurun, namun selama 59 tahun itu Kerajaan Aceh Darussalam masih cukup terkenal, hubungan luarnegeri masih ada, pemerintahan masih teratur, ekonomi masih baik dan angkatan perang masih teratur. 


Adapun para Ratu yang memerintah Aceh, yaitu :

1. Sulthanah Sri Ratu Tajul Alam Saflatuddin Johan Berdaulat, yang memerintah dalam tahun 1050 - 1086 H. (1641-1675 M.). 

2. Sulthanah Sri Ratu Nurul Alam Naqiatuddin, yang memerintah dalam tahun 1086-1088 H. (1675-1678 M.). 

3. Sulthanah Sri Ratu Zakiatuddin Inayat Syah, yang memerintah dalam tahun 1088-1098 H. (1678-1688 M.).

 4. Sulthanah Sri Ratu Kamaiat Syah, yang memerintah dalam tahun 1098-1109 H. (1688-1699 M.).

 Buku ini coba mengungkap sekelumit sejarah pemerintahan Kerajaan Aceh Darussalam selama 59 tahun di bawah pemerintahan para Ratu tersebut, yang sudah tentu sangat sederhana, karena kekurangan bukusfcuku mengenai hal tersebut yang dapat saya pelajari.

Silsilah Keturunan Para Ratu : 
Selama yang sudah, diantara empat orang Ratu yang memerintah Kerajaan Aceh Darussalam, hanya Ratu Tajul Alam Saflatuddin yang dinyatakan jelas keturunannya, yaitu Putri Sulthan Iskandar Muda Meukuta Alam dari permaisuri yang hernama Puteri Sani yang bergeiar Puteri Sendi Ratna Indra, "yaitu puteri Maharaja Lela Daeng Mansur yang lebih terkenal dengan lakab Teungku Chik Direubee. 

(1) Ketiga orang Ratu setelah Saflatuddin, para ahli sejarah belum menemukan lagi silsilah keturunannya yang pasti ; masih dipertikaikan diantara sesama mereka. Muhammad Said tidak menjeüaskan siapa orangtua dari Ratu Nakiatuddin, hanya disebut seorang puteri bangsawaru 
(2) Tentang Ratu Zakiatuddin, yang nama lengkapnya Puteri Raja Setia Sulthanah Inayat Zakiatuddin Syah, Muhammad Said mengatakan bahwa dia puteri dari Ratu Numl Alam Nakiatuddin, yang bersuamikan Sulthan Muhammad Syah, yang kata M. Said tidak diketahui siapa sebenarnya Sulthan Muhammad Syah. 
(3) Mengenai Ratu Kamalat Syah juga Muhammad Said mengatakan tidak jelas keturunannya, hanya disebut seorang puteri bangsawan. 
(4) 

Syekh Nuruddin Ar Raniry sama sekali tidak menyebut tentang keturunan dari Ratu Nurul Alam Nakiatuddin, sementara Seri Sulthanah Inayat Syah Zakiatuddin dinyatakan sebagai puteri

(1) Naskah tua berasal dari Perpustakaan Universttas Kebangsaan di Kuala Lumpur. A. Hasjmy : iskandar Muda Meukuta Alam hlm. 38
(2) M. Said : Aceh Sepanjang Abad hlm. 209
(3) Ibidhlm. 213.
(4) Ibidhlm. 21S


Dari Sulthan Muhammad Syah, dan tidak dijelaskan siapa ibunya (5). Teungku M. Yunus Jamil menyebut Ratu Nurul Alam Nakiatuddin sebagai anak-angkat dari Ratu Saflatuddin ( 6 ), sementara Ratu Zakiatuddin Inayat Syah dan Ratu Kamalat Syah dikatakan bahwa keduanya puteri dari Ratu Saflatuddin sendiri dari suaminya yang bernama Seri Raja Muhammad Syah yang juga disebut Sulthan Muhammad Syah. Bahkan Yunus Jamil mengatakan juga bahwa Ratu Nurul Alam adalah puteri dari Saflatuddin/Muhammad Syah, berbeda dengan apa yang ditulisnya dalam buku Tawarikh Raja-Raja Aceh. Tentang Muhammad Syah, Yunus Jamil mengatakan bahwa nama lengkapnya Seri Raja Muhammad Syah Panglima Cut Ooh atau Sulthan Muhammad Syah, yaitu datunya dari Panglima Sagi XXV I Mukim yang bergelar Seri Imeum Muda Panglima Cut Ooh.( 7 ) Ilyas Sutan Pamenan belum mempunyai data-data yang cukup tentang silsilah turunan Ratu Nurul Alam Naqiatuddin tetapi ia menegaskan bahwa Ratu Nurul Alam bukanlah puteri dari Iskandar Sani/Safiatuddin, karena waktu Sani meninggal kedua suami isteri itu belum mempunyai anak. (8) Tentang asal usul Ratu Zakiatuddin Inayat Syah, Sutan Pa menan mengatakan terjadinya selisih pendapat diantara para ahli sejarah ; ada yang mengatakan bahwa dia puteri dari Ratu Nurul Alam dan ada pula yang membatahnya. Pamenan sendiri tidak memberikan pendapat apapun. (9) Tentang asal-usul turunan Kamalat, Pamenan tidak menyebut . apa-apa dalam bukunya itu. 

(5) Dr. T. Iskandar : Bustanus Salatin hlm. 74. 
(6) M. Yunus Jamil : Tawarikh Raja-Raja Kerajaan Aceh hlm. 47.
(7) M. Yunus JamS s Gandra Watra (Satu Negeri Dua Raja) hlm. 6-7. 
(8) Ilyas Sutan Pameran : Rencong Aceh di Tangan Wanita htm 83 
(9) ibid hlm. 93. 


Menurut sebuah naskah tua yang tersimpan dalam Perpustakaan Universitas Kebangsaan di Kuala Lumpur, yang fotokopinya terdapat dalam koleksi naskah-naskah tua di Perpustakaan A.Hasjmy (perpustakaan pribadi saya), bahwa keempat Ratu itu (Saflatuddin, Nakiatuddin, Zakiatuddin dan Kamalat) berasal dari seorang Datu, yaitu Sulthan Alaidin Abduliah Maiikul Mubin. 

Di bawah ini akan saya nukilkan silsilah turunan dari empat orang Ratu tersebut, menurut yang tertera dalam naskah tua yang saya sebutkan di atas. Sistemnya yaitu, bahwa nama yang tersebut di belakang adalah ayah dari nama terdahulu.

Ratu Tajul Alam Saflatuddin — Iskandar Muda Meukuta Alam - Laksamana Malik Abdul Kahhar Ah Riayat Syah — Sulthan Johan Ali Ibrahim Mughaiyat Syah - Sulthan Salahuddin Syamsu Syah - Malik Munauwar Mahmud Syah — Sulthan Alaiddin Abdullah Malikh Mubin. 

Ratu Nurul Alam Nakiatuddin Syah - Malik Mahmud Qiththul Kahhar Syah - Malik Sulaiman Syah - Malik Abdul Jalil - Sulthan Muhammad Abdul Kahhar Ah Riayat Syah — Sulthan Johan Ah Ibrahim Mughaiyat Syah - Sulthan Salahuddin Syam Sulsah - Sulthan Alaiddin Abdullah Syamsu Syah — Malik Munauwar Mahmud Syah — Sulthan Alaiddin Abduliah Maiikul Mubin. 

Ratu Inayat Zakiatuddin Syah — Malik Radliyat Syah — Sulthan Firman Ah Riayat Syah - Laksamana Ali Radiiyat Syah Sulthan Saiyidil Mukammil — Sulthan Mansur Salahuddin Firman Syah - Sulthan Salahuddin Mahmud Syah Mansur II - Sulthan Salahuddin Firman Mansur Syah — Sulthan Alaiddin Muhammad Syah Mudhaffar II - Sulthan Alaiddin Mudhaffar Inayat Syah - Sulthan Alaiddin Abduliah Maiikul Mubin. 

Ratu Kamalatuddin (Kamalat) Syah - Syekh Muhammad Fadlil Syah Teungku di Kendirian - Abduliah Fadlil Syah - Syekh Muhyiddin Fadlil Syah - Sulthan Mughal Seri Alam Firman Syah — Sulthan Muhammad Abdul Kahhar Ali Riayat Syah — Sulthan Johan Ali Ibrahim Mughaiyat Syah - Sulthan Salahuddin Maiikul Mubin.

Kalau memperhatikan catatan dari naskah tua itu, jelaslah bahwa keempat orang Ratu yang memerintah Aceh nyata siapa ayah dan datu-datunya, bahkan datu dari mereka itu, Sulthan Alaiddin Abdullah Maiikul Mubin,silsilah turunannya sampai kepada Sulthan Malik Hik Khan Syah, Gubernur dari Daulah Abbasiyah di Bukhara Turkestan.

Saya lebih condong untuk meyakinkan fakta-fakta yang tercatat dalam naskah tua yang sekarang tersimpan dalam Perpustakaan Universitas Kebangsaan di Kuala Lumpur, karena dalam naskah tua tersebut banyak lagi fakta-fakta sejarah penting mengenai Aceh.

Jadi keempat ratu kita itu, silsilah turunannya sampai kepada Bani Saljuk, salah satu anak-suku dari Suku-Turk yang mendiami pegunungan Emas di Asia Barat, satu suku yang berdarah pan as dan berani.

Pantaslah kalau mereka cakap dan berani dalam memimpin negara ! 

Turunan Bani Saljuk

Kalau mengikuti catatan dari naskah-tua di Kuala Lumpur itu, sampailah kita kepada suatu kesimpulan bahwa sebahagian Raja-Raja, sebahagian para pembesar yang memerintah Aceh dan para Ulama yang mengembangkan ilmu pengetahuan di Aceh dan daerah-daerah kekuasaannya, adalah turunan dari Bani Saljuk, yang berasalkan suku bangsa Turk ; jadi satu keturunan dengan Bangsa Turki. Mungkin, antara lain inilah sebabnya maka dahulu terikat hubungan persahabatan yang erat antara Turki Usmaniah dengan Kerajaan Aceh Darussalam.

Adapun silsilah Sulthan Alaidin Abduliah Maiikul Mubin yang sampai kepada Gubernur Abbasiyah di Turkestan, yang bernama Sulthan Malik Hik Khan Syah Saljuki, adalah sebagai berikut : 

Sulthan Alaidin Abduliah Maiikul Mubin — Sulthan Muhammad Syah - Sulthan Ahmad Syah - Sulthan Abdul Aziz Johan Syah - Makhdum Abi Abduliah Syekh Abdur Rauf yang bergelar Tuan Dikandang Syekh Bandar Darussalam - Maük Mansur Syah - Sulthan Mahmud Syah - Malik Sulaiman Syah - Malik Syah Saljuk - Malik Ibrahim - Malik Abdul Aziz Syah Daim - Malik Munauwar Mahmud Syah Saljuki — Malik Syah Daim Maiikul Amin - Sulaiman Syah Saljuki - Malik Mansur Daim Syah Saljuki - Jalaluddin Syah Abduliah Maiikul Mubin — Malik Mansur Syah - Malik Muhammad Munauwar Syah - Malik Sulaiman Syah — Malik Syahabuddin Harun Syah Saljuki - Sulthan Malik Hik Khan Saljuki Turkistani. 

Sulthan Malik Hik Khan Syah Saljuki diangkat menjadi Gubernur di Turkistan dalam 383 H. pada zaman pemerintahan Khalifah Abdul Abbas Ahmad Kadir dan seterusnya sampai kepada Khalifah Abu Jakfar Mansur. 

Putera-putera dari Sulthan Malik Hik Khan Syah Saljuki banyak sekali mendapat berbagai kedudukan tinggi dalam Daulah Abbasiyah, malahan ada salah seorang dari puteranya yang menjadi Gubernur Ibu-kota Negara Bagdad.

Diantara lima orang tokoh utama yang mengembangkan Agama Islam di Aceh Raya, salah seorang diantaranya adalah turunan dari Sulthan Malik Ilik Khan Syah, dan kelima orang pengembang Islam itu yaitu : 


  • 1. Abdullah, berasal Persia, mazhab Hanafi, Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, dalam tahun 229 H. 
  • 2. Sulaiman bin Abduliah Yamani, mazhab Zidi, dalam tahun 236 H. 
  • 3. Syekh Umar bin Abdullah Malabari, yang datang dari Mekkah, mazhab Syafi'i, Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, dalam tahun 275 H. 
  • 4. Abdullah Hasan Al Makki, mazhab Syafi'i, Ahlus Sunnah Wal Jama'ah 284 H. 5. Makhdum Abi Abduliah Syekh Abdur Rauf Baghdadi, asalnya Bukhari Turkistan. Beliau inilah turunan dari Sulthan Malik Hik Khan Syah Saljuki, Gubernur Turkistan, Datunya sejumlah besar raja-raja, pembesar-pembesar dan ulama-ulama Aceh dalam zaman Kerajaan Aceh Darussalam.[am]|Dok:Aceh|

No comments:

Powered by Blogger.