Ads Top

Kedudukan Wanita Dalam Kerajaan Aceh Darusslam

Sejak dari Pemerintah Islam Perlak, Kerajaan Islam Samudra / Pase sampai-sampai kepada Pemerintah Aceh Darussalam, Islam telah diambil menjadi dasar negara, dan sumber hukumnya, yaitu Quran, Sunnah, Ijma 'dan Qiyas. 

Dalam Adat Meukuta Alam (Kontitusi Kerajaan Aceh Darussalam) tcrsebut :


Kanun Maukuta Alam Al Asyi, yaitu: 

1. Al Qur-an,
2. Al Hadis,
3. Ijmak Ulama Ahlus Sunnah,
4. Al Qiyas. 

"Karena Islam telah diambil menjadi Dasar Negara dan Qur-an serta Sunnah telah dinyatakan sebagai sumber hukum, maka posisi wanita dalam Kerajaan Aceh Darussalam, disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan Al Qur-an dan Sunnah. Al Qur-an telah menegaskan, bahwa manusia diciptakan dari sumber yang satu, yaitu dari Adam, baik pria ataupun wanita, baik yang berkulit putih maupun yang berkulit hitam. Karena itu, posisi pria dengan wanita sama; manusia sama derajat dalam pandangan Allah:

Wahai ummat manusia, bertakwalah kepada Allah, yang telah menciptakan kamu dari satu sumber (Adam), dan dari sumber itu sendiri Allah menciptakan istcrinya (Hawa). Dan kemudian dari keduanya, Allah mengembangbiakkan pria dan wanita yang banvak. Bertakwalah kepada Allah, di maiui dengan namanya kamu saling-minta dan saling-ikat silaturrahim. Sesungguhnya Allah senantiasa mengawasi kamu. (QS An Nisa: 1).

 Menurut pandangan Islam, bahwa hak dan kcwajiban pria dengan wanita sama dalam masyarakat bangsa dan dalam masyarakat dunia. Kalaupun ada berlebih dan berkurang, semata-mata terletak pada nilai takwanya: 

Wahai ummat manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu terdiri dari pria dan wanita, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bcrkabilah-kabilah agar saling-kenal satu sama lain. Sesungguhnya orang yang paling terhormat diantara kamu di sisi Allah, yaitu orang yang paling tinggi nilai takwanya (QS Al Hujurat: 13).

Perintah menyembah Allah diiringi dengan perintah berbuat bakti \ kepada ayah-bunda. Pembaktian anak kepada ayah (pria) dan butida (wanita) sama derajatnya: 

Hendaklah kamu beribadah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukannya dengan sesuatu. Dan hendaklah kamu berbuat bakti kepada Ayati-bundamu. (QS An Nisa: 36)

Orang-orang mukmin yang mengerjakan amal-saleh, baik pria ataupun wanita; mereka akan masuk sorga, dan sedikitpun mereka tidak dianiaya. (QS An Nisa: 124).

Dalam Al Qur-an ada ayat-ayat yang mencgaskan, bahwa setiap mukmin yang berusaha, baik pria ataupun wanita, pasti akan mcndapat balasan dan pahala sesuai dengan harga amalannya, diantaranya: 

Janganlah kamu iri hati terhadap karunia Allah yang berlebih bcrkurang di antara kamu. Untuk kaum pria yang berusalia akan mcndapat hasil menurut harga usahanya; demikian pula untuk kaum wanita yang berusaha, mereka akan mcndapat hasil sesuai dengan usahanya. Mintalah karunia Allah, sesungguhnya Allah mengetahui segala-galanya. (QS An Nisa: 32).

Betapa besar perhatian Allah kepada kaum wanita, antara lain terbukti bahwa dalam al Qur-an ada sebuah surat yang bernama "Surat An Nisa", Surat Wanita, di mana di dalamnya banyak dibicarakan masalali-masalah yang ada sangkut -paut dengan wanita dan masyarakatnya. Dalam masalah jihad atau perang, dalam masalah negara, menurut Islam kewajiban pria dan wanita sama, artinya sama-sama wajib berjihad untuk menegakkan Agama Allah, sama-sama wajib berjihad untuk membela tanah-air, sama-sama wajib bckerja untuk memimpin dan membangun negara , seperti yang dapat dipahami dari Hadis-Hadis bcrikut: 

Menurut sebuah Hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dari seorang Sahabat - Wanita, yang mengatakan: Kami pergi berperang bersama Rasul Allah, di mana antara lain tugas kami menyediakan makan dan minum bagi para prajurit; mengembalikan anggota tentara yang syahid ke Madinah. (Al Hadis Riwayat Bukhari). - Seorang Shahabat-Wanita yang lain berkata: Kami ikut perang bersama Rasul Allah sampai tujuh kali, di mana kami merawat prajurit yang luka, menyediakan makanan dan minuman bagi mereka. (Al Bukhari).

Mengcnai hak wanita urttuk memegang jabatan-jabatan dalam negara, hatta jabatan yang tertinggi, dinyatakan bisa asal mereka sanggup dan memiliki pengetahuan untuk bidang-bidang jabatan yang akan dipegangnya; sama seperti hak pria dalam hal tersebut. Dalam sebuah kitab yang bernama "Safinatul Hukkam" ditegaskan bahwa wanita bisa menjadi raja atau Sulthan, asal memiliki persyaratan kecakapan dan ilmu pengetahuan. Berdasarkan dalil-dalil ayat Al Qur-an dan Hadis-Hadis Nabi serta pendapat para Ulama, maka Pemerintah Islam Perlak, Kerajaan Islam Samudra / Pase dan Pemerintah Aceh Darussalam, telah membcri kepada kaum wanita Aceh hak dan kewajiban yang sama dengan kaum pria.

Karena itu, adalah suatu hal yang Iogis kalau sejarah telah mencatat sejumlah nama wanita yang telah memainkan peran yang sangat penting di Tanah Aceh, sejak zaman Kerajaan Islam Perlak sampai kepada Pemerintah Aceh Darussalam, seperti yang pernah saya tulis dalam buku Risalah H AKHLAK, yang diterbitkan oleh Bulan Bintang pada awal tahun 1976.

Nama-Nama Yang Telah Tertulis Dalam buku tersebut yaitu : 

1 Puteri Lindung Bulan, anak bungsu dari Raja Muda Sedia yang memerintah Kerajaan Islam Benua / Teuming dalam tahun 753 - 800 H. (1333 - 1398 M.). 

2. Ratu Nihrasiyah Rawangsa Khadiyu, yang menjadi Raja terakhir dari Kerajaan Islam Samudra / Pase, yang memerintah dalam tahun 801-83 1 H. (1400-142 8 M.). 

3. Laksamana Malahayati, seorang janda-muda yang menjadi Panglima dari Armada Inongbale (Armada Wanita-janda), yang dibangun oleh Sulthan Alaiddin Riayat Syah Saidil Mukammil, yang memerintah dalam tahun 997-1011 H. (1589-1604).

4. Ratu Safiatuddin, yang memerintah Aceh dalam tahun 1050-1086 H. (1641-1675 M.). 

5. Ratu Naqiatuddin, yang memerintah Aceh dalam tahun 1086-1088 H. (1675-1678 M.). 

6. Ratu Zakiatuddin, yang memerintah Aceh dalam tahun 1088-1098 H (1678-1688 M.) 

7. Ratu Kamalat, yag memerintah Aceh dalam tahun 1098-1109 H. (1688-1699 M.). 

8. Cut nyak Dhien, yang setelah suaminya, Teuku Umar, Syahid dia mengoper pimpinan perang. Dalam keadaan telah buta, Cutnyak Dhin ditawan dan dibuang ke Jawa. 

9. Teungku Fakinah, seorang wanita-Ulama yang menjadi pahlawan; memimpin sebuah resimen dalam Perang Aceh, dan setelah usai perang, Fakinah mendirikan pusat pendidikan Islam yang bernama Dayah Lam diran. 

10. Cut Meutia, seorang pahlawan wanita yang selama 20 tahun memimpin perang gerilya di hutan-hutan Pase, yang kemudian syahid, karena telah bersumpah tidak akan mau menyerah hidup kepada Belanda. 

11. Pecut Baren, seorang pahlawan wanita bertahun-tahun memimpin perang melawan Belanda (1898-1906), sehingga ia tertawan dalam mempertahankan bentengnya setelah luka parah (1906). 

12. Pocut Meurah Intan, Srikandi yang juga bernama Pocut Biheu, bersama putera-puteranya, Tuwanku Muhammad, Tuwanku Budiman dan Tuwanku Nurdin, berperang tanpa kenal menyerah bertahun-tahun untuk menghadapi tentara Belanda, dan dalam kondisi luka parah itu dapat ditaklukkan dalam tahun 1904 , demikian pula Putranya Tuwanku Nurdin, sedangkan putranya Tuwanku Muhammad telah syahid dalam tahun 1902. 

13. Cutpo Fatimah, seorang pahlawan wanita yang menjadi teman seperjuangan Cut Meutia, putri dari seorang ulama besar, Tengku Khatim atau Teungku Chik Mata Ie. Cutpo Fatimah bersama suaminya, Teungku Di barat, melanjutkan perang setelah Cut Mutia dan suaminya syahid, sehingga dalam pertempuran pada tanggal 22 Februari 1912, Cutpo Fatimah dan suaminya syahid bertindih badan.

Lukisan lanjut tentang wanita-wanita sejarah dapat dibaca dalam buku Risalah Akhlak, sementara 4 orang Ratu (Saflatuddin, Naqiatuddin, Zakiatuddin dan Kamalat) akan saya uraikan riwayat hidup dan riwayat pemerintahannya dalam buku ini.[am]|Dok:Aceh|

No comments:

Powered by Blogger.